Telekomunikasi merupakan hal yang penting dewasa ini. Kemajuan teknologi disokong oleh semakin cepatnya komunikasi yang terjadi. Komunikasi yang terjadipun didukung oleh fasilitas dan infrastruktur yang dimiliki oleh provider sebagai penyedia layanan. Teknologi telekomunikasi di Indonesia mungkin sedikit agak terlambat, terbukti bahwa baru diakhir tahun 2014 baru meluncurkan teknologi 4G yang sebetulnya banyak negara lain sudah menerapkannya.
Persaingan telekomunikasi di Indonesia juga cukup pesat dan bersaing dimana saat ini sementara masih dipegang oleh provider Telkomsel yang memiliki pangsa pasar sebesar 42,4% diseluruh Indonesia. Masih ada provider lain seperti XL Axiata, Indosat IM3, Smartfren dan lain sebagainya yang juga memberikan layanan penyedia telekomunikasi.
Dalam komunikasi telekomonikasi provider menggunakan satelit dan bahkan untuk Asia Tenggara saja memiliki satelitnya masing - masing berikut adalah daftar operator yang memiliki satelit sendiri :
- SES Global (Luxembourg)
- Eutelsat Asia (France)
- APT Satellite (Hong Kong)
- AsiaSat (Hong Kong)
- JSAT (Japan)
- MEASAT (Malaysia)
- MCI – Media Citra Indostar (Indonesia)
- Indosat (Indonesia)
- VinaSat (Vietnam)
- SingTel/Optus (Singapore)
- Telkom (Indonesia)
- ChinaSat (China)
- Mabuhay (Philippines)
- Thaicom (Thailand)
- ABS (Hong Kong)
- Lippo Star (Indonesia)
- Intelsat (US)
- Telesat (Kanada)
Penyelenggaraan layanan satelit pada intinya terdiri dari penyewaan transponder satelit kepada penyiar (broadcaster) dan operator penyedia layanan VSAT, seluler dan SLI, dan ISP serta menyediakan jasa up linking dan down linking
stasiun bumi satelit kepada pengguna domestik dan internasional. Kami
menghadapi persaingan dari penyedia jasa asing dan domestik dan bersaing
ketat di Indonesia dengan Indosat dan Pasifik Satelit Nusantara
(“PSN”). Satelit yang dioperasikan swasta dan melayani pasar penyiaran
di wilayah yang dijangkau satelit Telkom-1 dan Telkom-2 termasuk
AsiaSat-2, AsiaSat-4, AsiaSat-3S, Apstar-2R, Apstar-5, Apstar-6, ThaiCom
3, Measat-2, Measat-3, Measat-3a, PanAmSat-4 dan PanAmSat-7. Pesaing
kami di wilayah Asia meliputi Measat Sdn. Bhd, penyelenggara satelit
Measat, APT Satelit penyelenggara satelit Apstar dan Shin
Satellite PCL, dan penyelenggara satelit ThaiCom.
Industri satelit di Indonesia merupakan salah satu
industri dengan tingkat persaingan yang paling tinggi di wilayah Asia
Tenggara. Hal ini dapat dilihat dari bergesernya struktur pasar sejak
tahun 2003 dari monopoli menjadi oligopoli. Salah satu penyebab
terjadinya pergeseran struktur ini adalah karena Pemerintah Indonesia
tidak mengatur secara ketat industri satelit di Indonesia. Sekalipun
Peraturan Menteri No.37/P/M.KOMINFO/12/2006 tanggal 6 Desember 2006 yang
dikeluarkan oleh Menkominfo telah memberikan entry barrier bagi
operator satelit asing, namun kebijakan “open-sky”
yang berlaku, pada kenyataannya meningkatkan persaingan antara operator
satelit Indonesia dengan operator satelit asing. Penyebab lainnya dari
pergeseran struktur pasar adalah keterbatasan kapasitas operator satelit
domestik, yang tidak dapat mengambil keuntungan dari pertumbuhan
permintaan pasar yang pesat di Indonesia.
Operator satelit global dengan kapasitas yang lebih besar umumnya dapat
memanfaatkan kelebihan skala ekonomi operasionalnya untuk menawarkan
harga yang lebih murah tanpa mempengaruhi kinerja keuangan operator
tersebut. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya subsidi pasar premium di
tengah pasar yang sangat kompetitif.
Jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, Indonesia masih lebih murah terlihat untuk satu kartu perdana di Indonesia masih sekitar Rp. 5.000 - Rp. 10.000 saja, jika di Malaysia sekitar 10 Ringgit Malaysia atau sekitar Rp. 35.593.74. Sebetulnya telekomunikasi di Indonesia khususnya saat ini masih sangat terjangkau sekali sehingga penyerapan informasi dan komunikasi dapat dengan mudah didapatkan.
Sumber dan Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar