MANUSIA DAN KESUSASTRAAN
A. Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk
ciptaan Tuhan yang yang diberikan akal pikiran. Tuhan menciptakan kita dari
setetes sperma yang kemudian menjadi tulang berulang sampai proses menjadi
manusia. Manusia dapat saling berkomunikasi menggunakan bahasa yang dikenali
oleh antar atau sesama manusia. Beragamnya manusia dan kebudayaan yang
dimilikinya. Manusia merupakan makhluk sosial, antara sesama manusia
membutuhkan manusia lainnya.Manusia memiliki akal pikiran, oleh sebab itu
setiap manusia harus terus belajar dan berkembang menciptakan inovasi dan
kreasi baru untuk kemajuan umat. Dalam belajar mngembangkan suatu teknologi,
manusia juga harus berpedoman pada ajaran agama.
Manusia bersifat homo
economicus, yaitu selalu memperhitungkan setiap kegiatan yang dilakukannya. Manusia
terdiri dari 4 unsur, yaitu :
1.
Jasad
2.
Hayat
3.
Ruh
4.
Nafs
Manusia sebagai satu kepribadian
yang mengandung 3 unsur, yaitu:
1.
Id
2.
Ego
3.
Superego
Id
adalah struktur kepribadian yang paling primitif dan paling tidak nampak.
Sedangkan Ego adalah bagian atau struktur kepribadian yang pertama kali
dibedakan dari Id, karena menghubungkan struktur Id menjadi komunikasi sosial,
dan superego merupakan struktur kepribadian yang paling akhir.
B.
Pengertian Kesusastraan
Secara etimologi (menurut asal-usul kata)
kesusastraan berarti karangan yang indah. “sastra” (dari bahasa Sansekerta)
artinya : tulisan, karangan. Akan tetapi sekarang pengertian “Kesusastraan”
berkembang melebihi pengertian etimologi tersebut. Kata “Indah” amat luas
maknanya. Tidak saja menjangkau pengertian-pengertian lahiriah tapi terutama
adalah pengertian-pengertian yang bersifat rohaniah. Misalnya, bukankah pada
wajah yang jelak orang masih bisa menemukan hal-hal yang indah.
Sebuah cipta sastra yang indah,
bukanlah karena bahasanya yang beralun-alun dan penuh irama. Ia harus dilihat
secara keseluruhan: temanya, amanatnya dan strukturnya. Pada nilai-nilai yang
terkandung di dalam ciptasastra itu.
Ada
beberapa nilai yang harus dimiliki oleh sebuah ciptasastra. Nilai-nilai itu
adalah : Nilai-nilai estetika, nilai-nilai moral, dan nilai-nilai yang bersifat
konsepsionil. Ketiga nilai tersebut sesungguhnya tidak dapat dipisahkan sama
sekali. Sesuatu yang estetis adalah sesuatu yang memiliki nilai-nilai moral.
Tidak ada keindahan tanpa moral. Tapi apakah moral itu? Ia bukan hanya semacam
sopan santun ataupun etiket belaka. Ia adalah nilai yang berpangkal dari
nilai-nilai tentang kemanusiaan. Tentang nilai-nilai yang baik dan buruk yang
universil. Demikian juga tentang nilai-nilai yang bersifat konsepsionil itu.
Dasarnya adalah juga nilai tentang keindahan yang sekaligus merangkum nilai
tentang moral.
Ada beberapa bentuk kesusastraan :
ñ Puisi
ñ Cerita
Rekaan (fiksi)
ñ Essay
dan Kritik
ñ Drama
Perbedaan puisi dan rekaan akan terlihat dalam
proses pengungkapannya. Dalam puisi akan dijumpai dua proses yang disebut
Proses konsentrasi dan proses intensifikasi. Proses konsentrasi yakni proses
pemusatan terhadap suatu focus suasana dan masalah, sedang proses intensifikasi
adalah proses m pendalaman terhadap suasana dan masalah tersebut. Unsur-unsur
struktur puisi berusaha membantu tercapainya kedua proses itu. Inilah hakekat
puisi, yang kurang terlihat dalam proses (cerita rekaan, esei dan kritik serta
drama). Pada prosa, suasana yang lain atau masalah-masalah yang lain dapat saja
muncul di luar suasana dan masalah pokok yang ingin diungkapkan seorang
pengarang dalam ciptasastranya.
Ada dua daya yang harus dimiliki
oleh seorang pengarang. Yakni daya kreatif dan daya imajinatif. Daya kreatif
adalah daya untuk memciptakan hal-hal yang baru dan asli. Manusia penuh dengan
seribu satu kemungkinan tentang dirinya. Maka seorang pengarang berusaha
memperlihatkan kemungkinan tersebut, memperlihatkan masalah-masalah manusia
yang substil dan bervariasi dalam ciptasatra-ciptasatra yang ia tulis. Sedang
daya imajinasi adalah kemampuan membayangkan dan mengkhayalkan serta
menggambarkan sesuatu atau peristiwa-peristiwa. Seorang pengarang yang memiliki
daya imajinasi yang kaya ialah apabila ia mampu memperlihatkan dan
menggambarkan kemungkinan-kemungkinan kehidupan dan masalah-masalah serta
pilihan-pilihan dari alternatif yang mungkin dihadapi manusia. Kedua daya itu
akan menentukan berhasil tidaknya sebuah ciptasastra.
Ciptasastra merupakan
sintesa dari adanya tesa dan anti tesa. Tesa disini adalah kenyataan-kenyataan
yang dihadapi. Antitesa adalah sikap-sikap yang bersifat subjektif dan
intersubjektif. Sedangkan sintesa adalah hasil dari perlawanan antara tesa
dengan antitesa itu. Bersifat idealis, imajinatif dan kreatif, berdasarkan
cita-cita dan konsepsi pengarang.
C.
Kesimpulan
Manusia
dan kesusastraan sangat berkaitan erat, manusia membutuhkan sastra untuk
memprindah kehidupan dan mewarnainya dengan hal hal yang membuat semangat hidup
menjadi naik dan juga setiap manusia yang ada, pasti membutuhkan sastra dan
setiap orang berbeda beda dalam jiwa seninya atau sastranya. Manusia yang
memiliki sastra tinggi tentunya memiliki imajinasi yang tinggi pula untuk
berkembang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar