Kamis, 12 April 2012

Manusia dan kesusastraan


MANUSIA DAN KESUSASTRAAN

A. Pengertian Manusia

            Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang yang diberikan akal pikiran. Tuhan menciptakan kita dari setetes sperma yang kemudian menjadi tulang berulang sampai proses menjadi manusia. Manusia dapat saling berkomunikasi menggunakan bahasa yang dikenali oleh antar atau sesama manusia. Beragamnya manusia dan kebudayaan yang dimilikinya. Manusia merupakan makhluk sosial, antara sesama manusia membutuhkan manusia lainnya.Manusia memiliki akal pikiran, oleh sebab itu setiap manusia harus terus belajar dan berkembang menciptakan inovasi dan kreasi baru untuk kemajuan umat. Dalam belajar mngembangkan suatu teknologi, manusia juga harus berpedoman pada ajaran agama.

            Manusia bersifat homo economicus, yaitu selalu memperhitungkan setiap kegiatan yang dilakukannya. Manusia terdiri dari 4 unsur, yaitu :

1.      Jasad
2.      Hayat
3.      Ruh
4.      Nafs

Manusia sebagai satu kepribadian yang mengandung 3 unsur, yaitu:

1.       Id
2.       Ego
3.       Superego

Id adalah struktur kepribadian yang paling primitif dan paling tidak nampak. Sedangkan Ego adalah bagian atau struktur kepribadian yang pertama kali dibedakan dari Id, karena menghubungkan struktur Id menjadi komunikasi sosial, dan superego merupakan struktur kepribadian yang paling akhir.

B. Pengertian Kesusastraan

       Secara etimologi (menurut asal-usul kata) kesusastraan berarti karangan yang indah. “sastra” (dari bahasa Sansekerta) artinya : tulisan, karangan. Akan tetapi sekarang pengertian “Kesusastraan” berkembang melebihi pengertian etimologi tersebut. Kata “Indah” amat luas maknanya. Tidak saja menjangkau pengertian-pengertian lahiriah tapi terutama adalah pengertian-pengertian yang bersifat rohaniah. Misalnya, bukankah pada wajah yang jelak orang masih bisa menemukan hal-hal yang indah.






          Sebuah cipta sastra yang indah, bukanlah karena bahasanya yang beralun-alun dan penuh irama. Ia harus dilihat secara keseluruhan: temanya, amanatnya dan strukturnya. Pada nilai-nilai yang terkandung di dalam ciptasastra itu.
Ada beberapa nilai yang harus dimiliki oleh sebuah ciptasastra. Nilai-nilai itu adalah : Nilai-nilai estetika, nilai-nilai moral, dan nilai-nilai yang bersifat konsepsionil. Ketiga nilai tersebut sesungguhnya tidak dapat dipisahkan sama sekali. Sesuatu yang estetis adalah sesuatu yang memiliki nilai-nilai moral. Tidak ada keindahan tanpa moral. Tapi apakah moral itu? Ia bukan hanya semacam sopan santun ataupun etiket belaka. Ia adalah nilai yang berpangkal dari nilai-nilai tentang kemanusiaan. Tentang nilai-nilai yang baik dan buruk yang universil. Demikian juga tentang nilai-nilai yang bersifat konsepsionil itu. Dasarnya adalah juga nilai tentang keindahan yang sekaligus merangkum nilai tentang moral.
          Ada beberapa bentuk kesusastraan :
ñ Puisi
ñ Cerita Rekaan (fiksi)
ñ Essay dan Kritik
ñ Drama
 Perbedaan puisi dan rekaan akan terlihat dalam proses pengungkapannya. Dalam puisi akan dijumpai dua proses yang disebut Proses konsentrasi dan proses intensifikasi. Proses konsentrasi yakni proses pemusatan terhadap suatu focus suasana dan masalah, sedang proses intensifikasi adalah proses m pendalaman terhadap suasana dan masalah tersebut. Unsur-unsur struktur puisi berusaha membantu tercapainya kedua proses itu. Inilah hakekat puisi, yang kurang terlihat dalam proses (cerita rekaan, esei dan kritik serta drama). Pada prosa, suasana yang lain atau masalah-masalah yang lain dapat saja muncul di luar suasana dan masalah pokok yang ingin diungkapkan seorang pengarang dalam ciptasastranya.

            Ada dua daya yang harus dimiliki oleh seorang pengarang. Yakni daya kreatif dan daya imajinatif. Daya kreatif adalah daya untuk memciptakan hal-hal yang baru dan asli. Manusia penuh dengan seribu satu kemungkinan tentang dirinya. Maka seorang pengarang berusaha memperlihatkan kemungkinan tersebut, memperlihatkan masalah-masalah manusia yang substil dan bervariasi dalam ciptasatra-ciptasatra yang ia tulis. Sedang daya imajinasi adalah kemampuan membayangkan dan mengkhayalkan serta menggambarkan sesuatu atau peristiwa-peristiwa. Seorang pengarang yang memiliki daya imajinasi yang kaya ialah apabila ia mampu memperlihatkan dan menggambarkan kemungkinan-kemungkinan kehidupan dan masalah-masalah serta pilihan-pilihan dari alternatif yang mungkin dihadapi manusia. Kedua daya itu akan menentukan berhasil tidaknya sebuah ciptasastra.

            Ciptasastra merupakan sintesa dari adanya tesa dan anti tesa. Tesa disini adalah kenyataan-kenyataan yang dihadapi. Antitesa adalah sikap-sikap yang bersifat subjektif dan intersubjektif. Sedangkan sintesa adalah hasil dari perlawanan antara tesa dengan antitesa itu. Bersifat idealis, imajinatif dan kreatif, berdasarkan cita-cita dan konsepsi pengarang.

C.            Kesimpulan
      
Manusia dan kesusastraan sangat berkaitan erat, manusia membutuhkan sastra untuk memprindah kehidupan dan mewarnainya dengan hal hal yang membuat semangat hidup menjadi naik dan juga setiap manusia yang ada, pasti membutuhkan sastra dan setiap orang berbeda beda dalam jiwa seninya atau sastranya. Manusia yang memiliki sastra tinggi tentunya memiliki imajinasi yang tinggi pula untuk berkembang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar