Manusia
dan Kegelisahan
Manusia diciptakan lengkap dengan
akal pikiran dan juga hati. Ada istilah hati nurani, hati nurani terdapat
didalamnya adalah rasa kemanusiaan, rasa simpatik terhadap seseorang dan rasa –
rasa sensitif lainnya yang dimiliki oleh manusia. Kegelisahan ada di dalam hati
manusia, kegelisahan atau kegalauan yang menyerang seseorang itu adalah fase
manusia yang memiliki hati. Kegelisahan akan sesuatu utamanya terhadap pasangan
hidup sering sekali terjadi. Manusia yang belum dapat memecahkan masalahnya
pastilah menjadi galau atau gelisah akan sesuatu yang belum selesai tersebut.
Karena terkadang ada saja masalah yang sangat sulit sekali terpecahkan sehingga
seorang manusia merasakan arti kegelisahan yang sesungguhnya. Kegelisahan akan
sesuatu terkadang membuat seseorang menjadi frustasi bahkan sampai depresi.
Kegelisahan sebenarnya adalah hal yang wajar, karena kita memiliki hati, jiwa,
dan mental. Kegelisahan berarti rasa tidak nyaman, tidak tentram hati atau
batinnya.
Banyak sekali orang yang beranggapan
bahwa kegelisahan atau kegalauan itu harus disingkirkan, karena cukup
mengganggu menurutnya. Bahkan ada pula orang yang senang dalam kegalauan atau
kegelisahan, seperti seorang wanita yang belum bisa melupakan mantan pacarnya
dan sering membuka facebook pacarnya tersebut. Ia belum dapat move on dan terus
betah dalam kegelisahan atau kegalauan hatinya. Menurut teman saya yang pernah
nyaman dalam kegelisahan dan kegalauannya tersebut, mereka yang nyaman
cenderung sulit melupakan karena sering teringat selalu. Saya tercengang dengan
hal tersebut, saya berpikir kenapa sampai segitunya ya, yah yang namanya juga
cinta. Orang yang gelisah biasanya terlihat dari tingkah lakunya, terkadang
bingung akan sesuatu, terkadang menjadi pendiam. Kegelisahan tidak hanya
terjadi pada kalangan remaja yang berpasangan saja, kegelisahan atau kegalauan
juga menyerang kaum yang belum berpasangan, karena selalu memikirkan kapan ya
punya pacar atau pasangan hidup, ini yang sering terjadi, hehe.
Saya pernah mendengar cerita dari
seorang yang sudah matang, usianya kira-kira 44 tahun. Ia bekerja di bagian
marketing di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Ia mengatakan bahwa
setiap hari ia harus merasa gelisah dan galau di tempat kerjanya, karena
atasannya selalu saja tidak membuatnya merasa tenang dalam bekerja. Minta
inilah, itulah, semua harus cepat, instan dan murah. Memang ia berkata bahwa
itu merupakan tuntutan kerjanya, namun ia selalu gelisah bukan karena tuntutan
itu, ia sering sekali di omeli oleh atasannya karena berbagai hal, salah
inilah, itulah. Namun, tidak jarang pula ia kembali mesra atau kembali akur
dengan atasannya itu. Itu menjadi salah satu faktor kegelisahannya, jarang sekali
atasannya mengakui semua ide brilian untuk perusahaanya itu. Ia pernah
mengutarakan keinginannya untuk keluar dari perusahaan tersebut. Namun, selalu
saja atasannya seolah menahan dia untuk keluar, menasehati ia untuk tetap
bekerja karena alasan anak dan istri. Itu menjadi kegelisahan terbesar dalam
hidupnya, ia selalu ingin keluar namun selalu ditahan untuk jangan keluar,
namun saat bekerja ia selalu disalalhi dan diomeli, ide – idenya untuk kemajuan
perusahaan pun tidak pernah diakui. Itu menjadi kegelisahan utamanya dia sampai
sekarang ini. Mendengar cerita tersebut saya berpikir bahwa penyebab
kegelisahan itu adalah lingkungan sekitar kita sendiri, dan tentang bagaimana
kita menghadapi kegelisahan tersebut.
Saya pernah mendengar dari seorang
motivator tentang kegelisahan, mungkin anda juga pernah mendengarnya, beliau
mengatakan bahwa kegelisahan sebenarnya adalah suatu keharusan untuk mencapai
kesuksesan. Itu kata-kata yang saya ingat, saya saya setuju dengan itu, begini
saya analogikan, jika seorang calon gubernur telah mengetahui masalah yang akan
dihadapi olehnya seperti kemacetan, maka sebelum pemilu ia akan terus
memikirkan untuk memecahkan maslah kemacetan tersebut, ia akan terus gelisah
tentang kemacetan, kegalauan pun menyerang calon gubernur tersebut (ini jika
gubernur yang bertanggung jawab seperti yang pernah saya terangkan di manusia
dan tanggung jawab lalu), dengan kegalauannya ia akan dipaksa untuk
menyelesaikan masalah tersebut, secara tidak langsung dalam otaknya aka terus
kepikiran dan timbullah suatu ide yang dapat memecahkan masalah tersebut
seperti dibangunnya monorel yang sudah pernah ada di Jakarta, baru tiangnya
doang sih, seiring ganti pemimpin, proyek tidak dilanjutkan, oke kembali lagi
ke contoh, ide tersebut merupakan sebuah gagasan yang baik dan mungkin masih
bisa dikembangkan lagi, namun ide tersebut muncul setelah mengalami sebuah
kegelisahan akan sesuatu.
Kegelisahan yang abadi bukanlah
suatu hal yang baik. Kita memang harus gelisah, namun kita juga harus
memecahkan kegelisahan tersebut. Janganlah kita terlarut dalam kegelisahan.
Kegelisahan yang abadi tidak menjadikan kita sukses, namun sebaliknya, kita
akan terjatuh bersama kegelisahan tersebut. Seorang profesor contohnya, dalam
menciptakan sebuah karya, ia selalu gelisah dan mencoba mencari solusi, ia akan
secara cepat mengatasi kegelisahannya tersebut, namun tidak akan lama.
Bayangkan jika seorang profesor terus merasa gelisah dan galau, tidak akan ada
hasil karya yang beragam, karena suatu hasil karya saja tidak berhasil
dikerjakannya. Kegelisahan harus kita terima, namun harus juga kita selesaikan
atau obati kegelisahan tersebut. Saya pun dan anda pastinya akan merasa bahagia
dan bebas setelah menyelesaikan suatu masalah. Gelisah atau galau menurut saya
adalah kondisi yang harus ada, namun dosis gelisah dan galau tersebut harus
sesuai, dan juga tidak lupa mengobati kegelisahan dan kegalauan tersebut dengan
memecahkan masalah dan kegalauan yang sedang terjadi. Gelisah dan galau harus
kita sikapi secara bijak, tidak menolaknya secara mentah-mentah dan juga tidak
menelannya secara bulat-bulat. Kegelisahan pasti mengetahui jalan keluar akan
sesuatu, namun belum terbayangkan saja bagaimana menyelesaikan hal tersebut.
Hidup damai tanpa kegelisahan bukan
sesuatu yang baik karena seiring tidak adanya kegelisahan, maka tidak akan ada
pula masalah. Dengan begitu hidup manusia semuanya sama, datar atau flat saja.
Dengan gelisah seseorang dituntut mampu menyelesaikan kegelisahannya tersebut,
dituntut berekspresi sesuka hatinya untuk mengatasi kegelisannya itu. Gelisah
dan galau pasti ada pada setiap orang, namun ada orang yang mengabaikan
kegelisahannya tersebut karena hanya akan menguras pikiran dan waktu saja.
Kesimpulan dari tulisan ini adalah,
kegelisahan bukanlah sesuatu yang menyeramkan dan juga bukan merupakan sesuatu
yang mengasyikkan. Setiap manusia butuh yang namanya gelisah atau galau dalam
hati dan dalam hidupnya. Seseorang yang gelisah atau sedang galau dapat dilihat
dari tingkah lakunya, namun beberapa orang mampu menyembunyikan kegelisahan dan
kegundahan hatinya melalui keceriaanya. Intinya kita tidak pernah tahu kapan
seseorang akan gelisah atau galau. Yang tahu hanya dia dan Allah. Kegelisahan
itu janganlah dihindari, namun diterima dan di cari penyelesaian masalahnya.
Kegelisahan bukan dilihat dari seberapa besar masalah yang sedang dihadapi,
namun bagaimana seseorang menyikapi kegelisahan, kegundahan dan kegalauannya.
Kegelisahan akan selalu melekat pada semua manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar