Senin, 21 Mei 2012

Manusia dan kegelisahan


Manusia dan Kegelisahan

            Manusia diciptakan lengkap dengan akal pikiran dan juga hati. Ada istilah hati nurani, hati nurani terdapat didalamnya adalah rasa kemanusiaan, rasa simpatik terhadap seseorang dan rasa – rasa sensitif lainnya yang dimiliki oleh manusia. Kegelisahan ada di dalam hati manusia, kegelisahan atau kegalauan yang menyerang seseorang itu adalah fase manusia yang memiliki hati. Kegelisahan akan sesuatu utamanya terhadap pasangan hidup sering sekali terjadi. Manusia yang belum dapat memecahkan masalahnya pastilah menjadi galau atau gelisah akan sesuatu yang belum selesai tersebut. Karena terkadang ada saja masalah yang sangat sulit sekali terpecahkan sehingga seorang manusia merasakan arti kegelisahan yang sesungguhnya. Kegelisahan akan sesuatu terkadang membuat seseorang menjadi frustasi bahkan sampai depresi. Kegelisahan sebenarnya adalah hal yang wajar, karena kita memiliki hati, jiwa, dan mental. Kegelisahan berarti rasa tidak nyaman, tidak tentram hati atau batinnya.

            Banyak sekali orang yang beranggapan bahwa kegelisahan atau kegalauan itu harus disingkirkan, karena cukup mengganggu menurutnya. Bahkan ada pula orang yang senang dalam kegalauan atau kegelisahan, seperti seorang wanita yang belum bisa melupakan mantan pacarnya dan sering membuka facebook pacarnya tersebut. Ia belum dapat move on dan terus betah dalam kegelisahan atau kegalauan hatinya. Menurut teman saya yang pernah nyaman dalam kegelisahan dan kegalauannya tersebut, mereka yang nyaman cenderung sulit melupakan karena sering teringat selalu. Saya tercengang dengan hal tersebut, saya berpikir kenapa sampai segitunya ya, yah yang namanya juga cinta. Orang yang gelisah biasanya terlihat dari tingkah lakunya, terkadang bingung akan sesuatu, terkadang menjadi pendiam. Kegelisahan tidak hanya terjadi pada kalangan remaja yang berpasangan saja, kegelisahan atau kegalauan juga menyerang kaum yang belum berpasangan, karena selalu memikirkan kapan ya punya pacar atau pasangan hidup, ini yang sering terjadi, hehe.

            Saya pernah mendengar cerita dari seorang yang sudah matang, usianya kira-kira 44 tahun. Ia bekerja di bagian marketing di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Ia mengatakan bahwa setiap hari ia harus merasa gelisah dan galau di tempat kerjanya, karena atasannya selalu saja tidak membuatnya merasa tenang dalam bekerja. Minta inilah, itulah, semua harus cepat, instan dan murah. Memang ia berkata bahwa itu merupakan tuntutan kerjanya, namun ia selalu gelisah bukan karena tuntutan itu, ia sering sekali di omeli oleh atasannya karena berbagai hal, salah inilah, itulah. Namun, tidak jarang pula ia kembali mesra atau kembali akur dengan atasannya itu. Itu menjadi salah satu faktor kegelisahannya, jarang sekali atasannya mengakui semua ide brilian untuk perusahaanya itu. Ia pernah mengutarakan keinginannya untuk keluar dari perusahaan tersebut. Namun, selalu saja atasannya seolah menahan dia untuk keluar, menasehati ia untuk tetap bekerja karena alasan anak dan istri. Itu menjadi kegelisahan terbesar dalam hidupnya, ia selalu ingin keluar namun selalu ditahan untuk jangan keluar, namun saat bekerja ia selalu disalalhi dan diomeli, ide – idenya untuk kemajuan perusahaan pun tidak pernah diakui. Itu menjadi kegelisahan utamanya dia sampai sekarang ini. Mendengar cerita tersebut saya berpikir bahwa penyebab kegelisahan itu adalah lingkungan sekitar kita sendiri, dan tentang bagaimana kita menghadapi kegelisahan tersebut.

            Saya pernah mendengar dari seorang motivator tentang kegelisahan, mungkin anda juga pernah mendengarnya, beliau mengatakan bahwa kegelisahan sebenarnya adalah suatu keharusan untuk mencapai kesuksesan. Itu kata-kata yang saya ingat, saya saya setuju dengan itu, begini saya analogikan, jika seorang calon gubernur telah mengetahui masalah yang akan dihadapi olehnya seperti kemacetan, maka sebelum pemilu ia akan terus memikirkan untuk memecahkan maslah kemacetan tersebut, ia akan terus gelisah tentang kemacetan, kegalauan pun menyerang calon gubernur tersebut (ini jika gubernur yang bertanggung jawab seperti yang pernah saya terangkan di manusia dan tanggung jawab lalu), dengan kegalauannya ia akan dipaksa untuk menyelesaikan masalah tersebut, secara tidak langsung dalam otaknya aka terus kepikiran dan timbullah suatu ide yang dapat memecahkan masalah tersebut seperti dibangunnya monorel yang sudah pernah ada di Jakarta, baru tiangnya doang sih, seiring ganti pemimpin, proyek tidak dilanjutkan, oke kembali lagi ke contoh, ide tersebut merupakan sebuah gagasan yang baik dan mungkin masih bisa dikembangkan lagi, namun ide tersebut muncul setelah mengalami sebuah kegelisahan akan sesuatu.

            Kegelisahan yang abadi bukanlah suatu hal yang baik. Kita memang harus gelisah, namun kita juga harus memecahkan kegelisahan tersebut. Janganlah kita terlarut dalam kegelisahan. Kegelisahan yang abadi tidak menjadikan kita sukses, namun sebaliknya, kita akan terjatuh bersama kegelisahan tersebut. Seorang profesor contohnya, dalam menciptakan sebuah karya, ia selalu gelisah dan mencoba mencari solusi, ia akan secara cepat mengatasi kegelisahannya tersebut, namun tidak akan lama. Bayangkan jika seorang profesor terus merasa gelisah dan galau, tidak akan ada hasil karya yang beragam, karena suatu hasil karya saja tidak berhasil dikerjakannya. Kegelisahan harus kita terima, namun harus juga kita selesaikan atau obati kegelisahan tersebut. Saya pun dan anda pastinya akan merasa bahagia dan bebas setelah menyelesaikan suatu masalah. Gelisah atau galau menurut saya adalah kondisi yang harus ada, namun dosis gelisah dan galau tersebut harus sesuai, dan juga tidak lupa mengobati kegelisahan dan kegalauan tersebut dengan memecahkan masalah dan kegalauan yang sedang terjadi. Gelisah dan galau harus kita sikapi secara bijak, tidak menolaknya secara mentah-mentah dan juga tidak menelannya secara bulat-bulat. Kegelisahan pasti mengetahui jalan keluar akan sesuatu, namun belum terbayangkan saja bagaimana menyelesaikan hal tersebut.

            Hidup damai tanpa kegelisahan bukan sesuatu yang baik karena seiring tidak adanya kegelisahan, maka tidak akan ada pula masalah. Dengan begitu hidup manusia semuanya sama, datar atau flat saja. Dengan gelisah seseorang dituntut mampu menyelesaikan kegelisahannya tersebut, dituntut berekspresi sesuka hatinya untuk mengatasi kegelisannya itu. Gelisah dan galau pasti ada pada setiap orang, namun ada orang yang mengabaikan kegelisahannya tersebut karena hanya akan menguras pikiran dan waktu saja.

            Kesimpulan dari tulisan ini adalah, kegelisahan bukanlah sesuatu yang menyeramkan dan juga bukan merupakan sesuatu yang mengasyikkan. Setiap manusia butuh yang namanya gelisah atau galau dalam hati dan dalam hidupnya. Seseorang yang gelisah atau sedang galau dapat dilihat dari tingkah lakunya, namun beberapa orang mampu menyembunyikan kegelisahan dan kegundahan hatinya melalui keceriaanya. Intinya kita tidak pernah tahu kapan seseorang akan gelisah atau galau. Yang tahu hanya dia dan Allah. Kegelisahan itu janganlah dihindari, namun diterima dan di cari penyelesaian masalahnya. Kegelisahan bukan dilihat dari seberapa besar masalah yang sedang dihadapi, namun bagaimana seseorang menyikapi kegelisahan, kegundahan dan kegalauannya. Kegelisahan akan selalu melekat pada semua manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar